Artinya urin yang dikeluarkan sudah tidak lagi mengandung protein. Jadi, jika hasil praktikum menunjukkan adanya kandungan protein dalam urin, maka ginjal orang yang urinnya diuji mengalami masalah terutama pada Tubulus Kontortus Proksimal. Jenis penyakit orang yang dalam kandungan urinenya terpat protein adalah albuminuria. d. Pernah mendengar istilah ginjal bocor atau proteinuria? Kondisi ini bisa jadi tanda kerusakan pada organ ginjal yang bisa menimbulkan gangguan kesehatan hingga mengancam jiwa. Kenali lebih jauh tentang kondisi ginjal bocor, mulai dari penyebab, gejala, dan pengobatannya melalui artikel berikut ini. Apa itu ginjal bocor? Ginjal bocor atau dalam istilah medis dikenal sebagai proteinuria adalah kondisi bocornya protein albumin dari darah ke dalam urine. Kondisi ini menyebabkan kadar protein dalam urine meningkat atau disebut albuminuria. Hal ini terjadi saat ginjal tidak berfungsi dengan baik, sehingga protein yang seharusnya disaring, malah bocor ke dalam urine. Dalam kondisi normal, protein berfungsi untuk membantu membentuk otot dan tulang serta melawan infeksi, membawa lemak, dan mengatur kadar cairan dalam darah. Selama proses ini, protein seharusnya tetap berada dalam darah. Jika protein “meninggalkan” tubuh lewat urine, ini merupakan kondisi yang tidak sehat karena tandanya fungsi-fungsi penting yang seharusnya dijalankan oleh protein jadi tidak optimal. Baca juga 9 Makanan untuk Memperbaiki Fungsi Ginjal Penyebab ginjal bocor Salah satu penyebab ginjal bocor adalah hipertensi Ginjal bocor atau proteinuria adalah salah satu tanda awal kerusakan ginjal. Ginjal memiliki pembuluh darah kecil bernama glomeruli. Tugasnya adalah menyaring darah dari berbagai macam kotoran dan membuangnya lewat urine. Seharusnya, glomerulus menyaring protein dan menyerap kembali ke dalam darah. Namun saat ginjal bocor terjadi, protein yang seharusnya bertahan di dalam darah, malah terbuang lewat urine. Berikut ini penyebab ginjal bocor yang perlu kamu waspadai 1. Dehidrasi Ginjal bocor dapat terjadi akibat dehidrasi. Normalnya, tubuh membutuhkan cairan untuk mengantar protein ke dalam ginjal. Ketika tubuh kekurangan cairan, maka proses pengantaran ini jadi terganggu. Hal ini menyebabkan protein yang seharusnya terserap kembali ke dalam darah, malah dibuang lewat urine. 2. Tekanan darah tinggi Tekanan darah tinggi atau hipertensi juga bisa menyebabkan ginjal bocor. Saat tekanan darah tinggi terjadi, pembuluh darah di ginjal dapat melemah dan membuatkemampuannya dalam menyerap protein terganggu. Akibatnya, protein terbuang lewat urine. 3. Diabetes mellitus Diabetes mellitus juga bisa menjadi penyebab ginjal bocor. Pada kondisi diabetes, tingginya kadar gula darah memaksa ginjal untuk menyaring darah berlebihan. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal, sehingga protein pun bocor ke dalam urine. 4. Glomerulonefritis Masih ingat dengan pembuluh darah glomeruli yang sudah dibahas di awal? Ternyata, glomeruli bisa mengalami peradangan. Peradangan pada glomerulus disebut glomerulonefritis. Kondisi ini bisa menyebabkan ginjal bocor atau proteinuria.. 5. Gagal ginjal kronis Gagal ginjal kronis adalah hilangnya fungsi ginjal secara progresif. Di fase awal, gagal ginjal kronis akan menyebabkan ginjal bocor atau proteinuria. Namun penyakit ini sering terabaikan karena tidak menunjukkan gejala apa pun. Gejala gagal ginjal kronis biasanya muncul saat kondisi semakin parah, yang meliputi Sesak napas Sering buang air kecil Sering cegukan Lelah Mual Muntah Sulit tidur Kulit gatal dan kering Kaki dan tangan bengkak Nafsu makan berkurang 6. Penyakit autoimun Penyakit autoimun dapat menyebabkan sistem kekebalan tubuh memproduksi autoantibodi antibodi dan imunoglobulin yang menyerang jaringan tubuh yang sehat. Penyakit autoimun juga bisa menjadi salah satu penyebab ginjal bocor dengan cara merusak fungsi glomeruli. Saat glomeruli dirusak oleh autoantibodi, peradangan akan muncul, sehingga ginjal bocor pun terjadi. Perlu diketahui, beberapa penyakit autoimun yang seringkali menyebabkan ginjal bocor atau albuminuria adalah sistemik lupus erythematosus SLE, sindrom goodpasture antibodi menyerang ginjal dan paru-paru, hingga nefropati IgA deposit imunoglobulin A menumpuk di glomeruli. 7. Preeklampsia Ibu hamil harus lebih waspada, karena preeklampsia bisa menyebabkan tekanan darah tinggi yang dapat merusak fungsi ginjal dalam menyaring protein untuk sementara waktu. Kondisi ini membuat ibu hamil lebih rentan mengalami ginjal bocor atau proteinuria. 8. Kanker Beberapa jenis kanker juga bisa menyebabkan ginjal bocor, seperti kanker paru, kanker payudara, limfoma Hodgkin, hingga kanker kolorektal usus besar. Efek peradangan yang disebabkan oleh kanker dapat merusak fungsi ginjal, sehingga ginjal bocor pun tak terelakkan. Selain penyebab di atas, beberapa kelompok individu juga diketahui berisiko lebih tinggi mengalami ginjal bocor, yaitu Usia lanjut 65 tahun ke atas Tekanan darah tinggi atau hipertensi Diabetes Riwayat keluarga dengan kondisi serupa Etnis tertentu seperti Asia, Latin, African American, dan American Indian Obesitas atau kelebihan berat badan Trauma Aktivitas fisik terlalu intens Konsumsi obat tertentu yang menyebabkan protein masuk ke urine Racun Infeksi sistemik Infeksi saluran kemih Gangguan kekebalan tubuh Meskipun kamu memiliki salah satu dari faktor risiko di atas, menjalani hidup sehat bisa menjadi cara ampuh mencegah terjadinya ginjal bocor atau albuminuria. Baca juga Awas, Gejala dan Penyebab Sindrom Nefrotik yang Perlu Diketahui Gejala ginjal bocor Ginjal bocor bisa ditandai dengan gejala sering buang air kecil Gejala proteinuria atau ginjal bocor meliputi Urine berbusa Sering buang air kecil Mudah merasa lelah Mual dan muntah Wajah, kaki, perut, dan tangan bengkak Hilang nafsu makan Kram otot di malam hari Mata bengkak terutama di pagi hari Jika kamu mengalami salah satu dari gejala albuminuria di atas, jangan ragu berkonsultasi ke dokter untuk mendapat pertolongan medis. Baca juga Mengenali Gejala dan Penyebab Sindrom Nefrotik pada Anak Cara mengobati ginjal bocor Cara mengobati ginjal bocor dengan menurunkan berat badan dan mengonsumsi makanan sehat Pengobatan ginjal bocor tergantung pada kondisi medis yang menjadi penyebabnya. Biasanya, dokter akan melakukan sejumlah pemeriksaan termasuk mengambil sampel urine dan tes penunjang lainnya. Selanjutnya, dokter akan merekomendasikan beberapa pengobatan ginjal bocor berikut ini sesuai dengan penyebab yang mendasarinya 1. Perubahan pola makan Bagi penderita penyakit ginjal, diabetes, dan tekanan darah tinggi, biasanya dokter akan menyarankan untuk mengubah pola makan. Hal ini meliputi hindari konsumsi makanan yang diproses, cepat saji, dan tinggi natrium. 2. Penurunan berat badan Pada kondisi berat badan berlebih, dokter akan menyarankan untuk menurunkan berat badan. Ketika berat badan sudah normal, fungsi ginjal akan kembali membaik. 3. Obat-obatan hipertensi Jika ginjal bocor yang terjadi disebabkan oleh hipertensi atau tekanan darah tinggi, dokter akan memberikan obat-obatan hipertensi untuk menurunkan tekanan darah tinggi. Biasanya dokter akan meresepkan obat golongan ACE inhibitors angiotensin-converting enzyme inhibitors maupun ARBs angiotensin receptor blockers. 4. Obat-obatan diabetes Jika diabetes menjadi penyebab terjadinya proteinuria, dokter akan memberikan obat-obatan diabetes atau terapi insulin. Pengobatan ini bertujuan menurunkan kadar gula darah di dalam tubuh agar tidak memberatkan fungsi ginjal. 5. Dialisis Apabila ginjal bocor terjadi akibat gagal ginjal, dialisis atau cuci darah menjadi cara yang dapat ditempuh untuk mengobatinya. Dialisis penting untuk mengontrol tekanan darah tinggi dan cairan di dalam tubuh. Baca JugaGinjal Anda Bermasalah Jadi Penyebab Sakit Pinggang? Belum Tentu!Mengenal 9 Saran Menu Makanan Penderita Gagal GinjalPentingnya Mengetahui Karbon Dioksida dalam Menentukan Penyakit Catatan dari SehatQ Jika kamu mengalami kondisi ini, jangan ragu berkonsultasi ke dokter untuk mendapat penanganan segera dan mencegah komplikasi yang mengancam jiwa. Kamu juga bisa berkonsultasi melalui fitur chat dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Download aplikasinya di App Store dan Google Play sekarang! keumuman. Elektroforesis adalah teknik yang digunakan dalam analisis laboratorium yang mengeksploitasi massa molekul dan muatan listrik protein, untuk mengevaluasi kuantitas dan kualitasnya.Secara khusus, pemeriksaan ini memungkinkan pemisahan protein menjadi lima fraksi: albumin, alpha 1 globulin, alpha 2 globulin, beta globulin dan gamma globulin.
Ada beragam pilihan tes yang dapat dilakukan untuk memeriksa organ-organ di tubuh Anda. Jenis pemeriksaan yang sering digunakan untuk mengetahui kondisi kesehatan adalah tes urine yang penting bagi sistem urologi perkemihan Anda. Yuk, kenali fungsi pemeriksaan urine dan apa saja jenis dari pengujian air kencing berikut ini! Apa itu tes urine? Tes urine urinalisis adalah metode pemeriksaan yang menggunakan urine sebagai pendeteksi adanya gangguan dalam tubuh. Uji sampel urine biasanya dilakukan untuk mendiagnosis penyakit yang berkaitan dengan saluran kemih. Sebagai contoh, infeksi saluran kemih, penyakit ginjal, hingga diabetes diperiksa lewat tes ini. Anda mungkin juga akan menjalani pemeriksaan ini ketika dirawat di rumah sakit, sebelum operasi, atau ketika sedang hamil. Urinalisis umumnya memeriksa warna, konsentrasi, komposisi, hingga bau urine. Hasil urinalisis yang menunjukkan adanya ketidaknormalan sering memerlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengungkap penyebabnya. Fungsi tes urine Proses pembentukan urine tidak terjadi begitu saja, melainkan melibatkan ginjal, ureter, kandung kemih, serta uretra. Organ-organ tersebut adalah bagian dari saluran kemih yang berperan penting dalam menyaring limbah dan mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit. Apabila salah satu atau beberapa dari komponen tersebut rusak, tentu akan memengaruhi urine. Baik itu, volume, warna, tekstur, hingga kandungan di dalamnya. Makaa dari itu, tes urine diperluka untuk menilai, apakah ada perubahan pada urine yang berkaitan dengan penyakit tertentu. Berikut ini beberapa fungsi dari prosedur uji urine. Bagian dari pemeriksaan kesehatan rutin. Mendiagnosis masalah kesehatan jika mengalami gejala tertentu. Memantau kondisi kesehatan jika telah didiagnosis menderita penyakit. Menilai fungsi ginjal sebelum operasi. Memantau perkembangan kehamilan yang tidak normal, seperti diabetes gestasional. Ciri-ciri Urine yang Normal Menurut Warna, Bau, dan Jumlahnya Apa saja yang perlu dipersiapkan? Jika hanya akan menjalankan prosedur urinalisis, Anda biasanya diperbolehkan makan dan minum sebelum tes urine dilakukan. Apabila Anda melakukan pengujian lain pada waktu yang bersamaan, berpuasa dalam jangka waktu tertentu mungkin perlu dilakukan. Anda tidak perlu khawatir mengingat dokter akan memberitahu instruksi yang jelas mengenai hal yang perlu dipersiapkan sebelum pemeriksaan. Adakalnya obat dan suplemen, baik dari resep maupun tanpa resep dokter, memengaruhi hasil tes. Oleh sebab itu, konsultasikan ke dokter tentang obat, vitamin, atau suplemen yang Anda konsumsi sebelum uji urine. Bagaimana tes urine dilakukan? Sampel untuk tes urine biasanya dilakukan tergantung kondisi Anda, entah itu dilakukan di rumah atau ruangan dokter. Pada umumnya, dokter akan memberikan wadah untuk sampel urine dan Anda diminta untuk mengambil sampel pada pagi hari dan diambil urin pancaran tengah. Anda dapat memulai mengambil sampel air kencing dengan langkah berikut ini. Buang air kecil sedikit di toilet pancaran pertama. Letakkan wadah ke dekat aliran urine. Kumpulkan urine sekitar 30-59 ml ke dalam wadah pada pancaran kedua. Tuntaskan buang air kecil. Berikan sampel urine sesuai petunjuk dokter. Sampel urine biasanya akan efektif digunakan dalam pengujian jika dibawa ke rumah sakit dalam waktu 60 menit setelah pengambilan. Jika tidak memungkinkan, sebaiknya sampel dimasukkan ke dalam lemari es atau ditambahkan pengawet sesuai anjuran dokter. Selama urinalisis berlangsung, sampel urin Anda yang telah diletakkan di dalam wadah akan diperiksa melalui cara berikut ini Pemeriksaan visual Selama tes visual urine, petugas laboratorium akan mengamati tampilan urine secara langsung. Hal ini meliputi beberapa hal, mulai dari tingkat kejernihan, bau, hingga warna urine. Salah satu tanda Anda mengalami penyakit tertentu yang ditunjukkan lewat visual urine adalah kencing berbusa dan berbau tidak sedap. Pemeriksaan mikroskopis Dengan bantuan mikroskop, jenis tes urine ini ternyata tidak dilakukan oleh semua orang. Pemeriksaan mikroskopis biasanya akan dilakukan ketika hasil pemeriksaan menunjukkan adanya hal yang tidak biasa pada pemeriksaan visual atau dipstick. Pengujian ini akan menganalisis sedimen urine, yaitu air kencing yang zat kimianya telah terpisah dengan memusatnya beberapa senyawa di dasar tabung. Cairan di atas tabung kemudian akan dibuang dan tetesan urine yang tersisa akan diperiksa dengan bantuan mikroskop. Berikut ini beberapa senyawa yang dianggap penting dalam pemeriksaan mikroskopis. Sel darah putih leukosit dalam urine untuk menunjukkan adanya infeksi. Sel darah merah eritrosit yang merupakan tanda penyakit ginjal dan gangguan darah. Bakteri atau ragi sebagai tanda infeksi. Kristal, yang menandakan batu ginjal. Epitel dalam urine berjumlah banyak pertanda tumor, infeksi dan penyakit ginjal. Begini Akibat Jika Anda Terlalu Sering Menahan Kencing Tes dipstick Tes dipstick adalah pemeriksaan urine yang menggunakan stik plastik tipis dan dimasukkan ke dalam sampel urine Anda. Stik plastik biasanya akan berubah warna jika ada zat tertentu dengan kadar berlebihan yang terkandung dalam urine. Metode ini biasanya dilakukan untuk mendeteksi beberapa hal, seperti Keasaman pH Tes tingkat pH urine adalah pemeriksaan yang digunakan untuk mengukur keasaman dan basa urine Anda. Tes ini adalah prosedur yang sederhana dan tidak menyakitkan. Beberapa penyakit, diet, dan obat akan memengaruhi kadar asam atau basa urine Anda, seperti Acetazolamide, Amonium klorida, Methenamine mandelate, Potassium citrate, Natrium bikarbonat, dan Diuretik tiazid. Tingkat keasaman atau basa yang tidak normal biasanya menunjukkan adanya penyakit ginjal atau masalah pada saluran kencing. Konsentrasi atau kekentalan urine Pemeriksaan ini biasanya hanya memperlihatkan seberapa pekat urine Anda. Semakin kental urine, artinya semakin sedikit cairan yang didapatkan tubuh dari minuman. Sementara itu, ketika Anda minum air dalam jumlah banyak dalam waktu singkat atau mendapatkan infus cairan, urine mungkin akan terlihat seperti air biasa. Selain kedua komponen tersebut, ada beberapa senyawa lainnya yang juga turut diperhatikan saat tes dipstik. Protein, urine yang mengandung protein pertanda ada masalah ginjal. Gula yang mengindikasikan Anda menyandang diabetes, tetapi dibutuhkan pemeriksaan lanjutan. Bilirubin, yang seharusnya dibawa oleh darah untuk disalurkan ke hati. Darah, yang umumnya menjadi gejala sakit ginjal dan kandung kemih. Tes urine bisa dilakukan sendiri maupun digabungkan bersama dengan pemeriksaan lainnya. Dokter nantinya menentukan pemeriksaan mana yang sesuai dengan kebutuhkan dan kondisi Anda. Jenis tes urine lainnya Tes urine urinalisis tidak hanya dilakukan untuk mendeteksi penyakit urologi, melainkan masalah kesehatan lainnya. Selain ketiga tahapan urinalisis yang telah disebutkan, ada pemeriksaan urine lainnya yang ternyata cukup penting, yaitu uji urine katekolamin. Pemeriksaan urine katekolamin adalah prosedur yang dilakukan untuk mengukur jumlah beberapa hormon dalam urine, yaitu epinephrine, norepinephrine, metanephrine, dan dopamine. Katekolamin ini terbuat dari jaringan saraf, otak, dan kelenjar adrenal. Hormon ini juga membantu tubuh merespon stres atau ketakutan dan mempersiapkan tubuh terhadap reaksi fight or flight. Katekolamin juga dapat meningkatkan detak jantung, tekanan darah, pernapasan, hingga tingkat kewaspadaan Anda. Selain itu, hormon ini juga menurunkan jumlah darah ke kulit dan usus, serta meningkatkan aliran darah ke organ penting lainnya. Tes urine katekolamin ini diperlukan untuk melihat gejala dari pheochromocytoma, yaitu jenis tumor yang tumbuh pada kelenjar adrenal. Kebanyakan kasus menunjukkan bahwa tumor ini bersifat jinak, alias bukan kanker. Walaupun demikian, pheochromocytoma tetap perlu diangkat karena dapat mengganggu fungsi normal adrenal. Selain mendeteksi adanya tumor, pemeriksaan ini juga dianjurkan untuk anak-anak yang diduga mengalami neuroblastoma. Pasalnya, penyakit ini sering dimulai di kelenjar adrenal, sehingga dapat meningkatkan jumlah katekolamin. Prosedur dari uji urine ini mirip dengan urinalisis pada umumnya. Namun, dokter mungkin akan menyarankan Anda untuk tidak mengonsumsi makanan tertentu sebelum melakukan pemeriksaan. Dengan demikian, hasil uji urine mungkin tidak akan terganggu oleh senyawa dari makanan yang Anda konsumsi. Urologis, Dokter Spesialis yang Menangani Masalah Urologi Cara membaca hasil tes urine Pada dasarnya, hasil tes urine akan dijelaskan secara rinci oleh dokter Anda. Oleh sebab itu, Anda tidak perlu khawatir karena dokter akan memberitahu dalam bahasa yang mudah dimengerti. Begini, hasil dari uji urine sebenarnya memiliki banyak interpretasi. Temuan yang tidak biasa adalah sebuah peringatan bahwa ada sesuatu yang salah dan perlu didiagnosis lebih lanjut. Sebagai contoh, pemeriksaan pH urine akan menunjukkan kadar asam-basa dalam urine Anda. Nilai rata-rata pH urine adalah 6,0. Namun, angka tersebut juga bisa berubah antara 4,5-8,0. Jika hasil pH urine Anda berada di bawah 5,0 artinya urine bersifat asam. Sementara itu, hasil yang lebih tinggi dari 8,0 menandakan sifat basa. Apabila angkanya tergolong rendah, Anda mungkin berisiko terhadap batu ginjal. Oleh sebab itu, dokter mungkin perlu melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan kondisi kesehatan Anda.
MahasiswaD3 Kebidanan tingkat II semester tiga yang sedang menjalankan praktek klinik kebidanan di Rumah Bersalin Karunia Ananda Kota Semarang dan mempunyai target memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil patologi TM III dengan kebutuhan pemeriksaan urine protein.Mahasiswa tersebut belum pernah melakukan tindakan tersebut. Untuk mencapai target asuhan yang dibutuhkan oleh mahasiswa tersebut

pada suatu pemeriksaan laboratorium,diuji urine seorang pasien ternyata ketika diuji dengan menggunakan indikator benedict menunjukkan reaksi warna menjadi merah bata, dan ketika diuji dengan indikator biuret menunjukkan reaksi warna ungu , berdasarkan hal tersebut analisis lah penyakit yang terjangkit oleh pasien dan bagian ginjal manakah yang mengalami gangguan? Pelajaran IPA BiologiKelas 8Kategori Uji Zat MakananKata Kunci Benedict, BiuretJawaban singkatUrine tersebut mengandung glukosa, bagian yang terganggu adalah tubulus kontortus proksimal, penyakit diabetes mellitus. Urine juga mengandung protein, bagian yang terganggu adalah glomerulus, kelainan disebut proteinuria/ panjangHasil PengujianIndikator Benedict digunakan untuk menguji adanya gula sederhana atau monosakarida seperti glukosa. Jika positif mengandung monosakarida tersebut, maka larutan akan berubah menjadi merah bata. Setelah pengujian urine, ternyata hasil menunjukkan warna merah bata, artinya urine mengandung Biuret digunakan untuk menguji adanya protein. Jika positif mengandung protein, larutan berubahwarna menjadi ungu. Pada pengujian urine, ternyata hasil menunjukkan warna ungu, artinya urine mengandung pada ginjalUrine pada umumnya tidak mengandung glukosa. Urine mengandung glukosa, kemungkinan terjadi gangguan pada tubulus kontortus proksimal dalam hal reabsorpsi glukosa. Urine bisa juga mengandung glukosa akibat glukosa dalam darah sudah terlalu tinggi sehingga glukosa dalam tubulus tidak direabsorpsi pada penderita diabetes mellitus.Urine juga pada umumnya tidak mengandung protein. Bila urine mengandung protein, bagian yang mengalami kerusakan adalah glomerulus. Protein tidak seharusnya lolos saat tahap filtrasi di glomerulus. Namun karena ada kelainan di bagian tersebut, protein menjadi lolos. Kelainan ini disebut proteinuria/albuminuria.

A Judul : Uji Gula dan Protein dalam Urine. I. Tujuan : Menyelidiki kandungan zat dalam urine manusia. II. Teori Singkat : a) Komposisi urine normal terdiri atas 96% air dan 4% beda padat yang meliputi 2% urea dan 2% hasil metabolic lain. Hasil metabolic lain antara lain zat warna empedu yang berperan dalam memberi warna kuning pada urine
Pengujian kandungan urine dengan larutan Benedict bertujuan untuk menguji keberadaan glukosa di dalam urine. Urine yang mengandung glukosa akan berwarna merah bata atau jingga setelah dilakukan pengujian tersebut. Adapun larutan Biuret dapat digunakan untuk menguji keberadaan protein dalam urine. Urine yang mengandung protein akan terbentuk endapan berwarna ungu setelah diberi larutan tersebut. Berdasarkan tabel hasil pengujian uji urine pasien tersebut, urine berubah menjadi warna ungu setelah diuji larutan Biuret dan terdapat endapan merah bata setelah diuji larutan Benedict. Hal ini menunjukkan bahwa urine pasien tersebut mengandung protein dan glukosa sehingga pasien tersebut menderita penyakit albuminuria dan glukosuria. Albuminuria adalah ditemukannya protein albumin pada urine. Adanya albumin dalam urine merupakan indikasi adanya kerusakan pada membran glomerulus. Adapun glukosuria adalah ditemukannya glukosa pada urine. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi kerusakan pada badan Malpighi.
Untukmengetahui kadar alkohol dalam darah, konsentrasi etanol biasanya dinyatakan dalam ppm. 1 ppm adalah 0,1%, yaitu Jika hasil analisis memberi, misalnya, gambar 2 (lebih tepatnya 2.0), ini menunjukkan bahwa dalam 1 liter (1000 ml) darah pasien, 2 ml etanol terdeteksi.
Tes urine atau urinalisis adalah prosedur untuk memeriksa kondisi visual, kimiawi, dan mikroskopik urine. Pemeriksaan ini dilakukan untuk beragam tujuan, mulai dari mendeteksi penyakit atau kondisi hingga memantau efektivitas pengobatan. Tes urine dilakukan dengan mengambil sampel urine pasien yang kemudian diperiksa di laboratorium guna mengetahui kondisi urine sebagai bahan diagnosis suatu penyakit atau kondisi. Tes urine sangat umum dilakukan di berbagai fasilitas kesehatan atau laboratorium karena cukup mudah dan aman. Meskipun tidak dapat mendiagnosis suatu penyakit secara spesifik, tes urine dapat menjadi bukti awal adanya gangguan kesehatan pada seseorang. Tes urine biasanya akan dikombinasikan dengan pemeriksaan lain agar mendapat hasil diagnosis yang akurat. Selain itu, tes urine juga dapat dilakukan secara rutin untuk memantau kesehatan seseorang atau untuk memeriksa kondisi kesehatan pasien sebelum menjalani suatu prosedur medis. Indikasi Tes Urine Dokter dapat menyarankan pasien untuk menjalani tes urine dengan tujuan sebagai berikut Memantau kondisi kesehatan pasien secara rutin, terutama penderita diabetes, penyakit ginjal, dan hipertensi Mendiagnosis gangguan kesehatan pada orang yang mengalami gejala atau tanda suatu penyakit, seperti nyeri perut atau buang air kecil berdarah Memantau perkembangan penyakit pada orang yang telah didiagnosis menderita suatu penyakit, misalnya memantau tingkat keparahan diabetes Memantau efektivitas suatu pengobatan atau terapi Mendeteksi kehamilan Peringatan Tes urine Sebelum menjalani tes urine, terlebih dahulu beri tahu dokter terkait obat-obatan, suplemen, atau produk herbal yang sedang digunakan. Pasalnya, beberapa obat-obatan dan suplemen dapat memengaruhi kondisi urine, seperti warna urine, sehingga hasil tes menjadi tidak akurat. Berikut ini adalah beberapa obat-obatan yang dapat memengaruhi kondisi urine Klorokuin Triamterene Riboflavin Levodopa Nitrofurantoin Selain obat-obatan, beri tahu dokter juga jika Anda menderita gangguan pada fungsi sistem urinaria, seperti tidak bisa menahan kencing inkontinensia urine atau tidak bisa kencing retensi urine. Jika Anda menderita kondisi ini, pengambilan sampel urine mungkin perlu dilakukan dengan bantuan kateter. Sebelum Tes urine Pasien tidak perlu berpuasa untuk menjalani tes urine. Namun, jika tes urine dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan lain, misalnya tes kolesterol, dokter mungkin akan menganjurkan pasien untuk berpuasa sebelum prosedur dilakukan. Pasien wanita yang akan menjalani tes urine harus menginformasikan kepada dokter jika sedang menstruasi. Hal tersebut dikhawatirkan dapat memengaruhi hasil analisis mikroskopik tes urine. Selain itu, meski masih membutuhkan penelitian lebih lanjut, pasien yang akan menjalani tes urine sebaiknya tidak berhubungan seks selama 24 jam sebelum pengambilan sampel urine. Pasalnya, berhubungan seks sebelum tes urine dapat memengaruhi hasil pemeriksaan. Prosedur Pengambilan Sampel Urine Pengambilan sampel urine hanya membutuhkan waktu beberapa menit. Berikut ini adalah tahapan-tahapan yang dilakukan pasien dalam pengambilan sampel urine Bersihkan area kemaluan menggunakan tisu steril, agar area tersebut bersih dari bakteri dan tidak terbawa ke dalam sampel. Buang sedikit urine yang pertama kali keluar, lalu segera tampung aliran urine berikutnya ke wadah penampung. Tampung urine kurang lebih sebanyak 30–60 ml ke wadah penampung yang disediakan dokter. Buang sisa aliran urine ke toilet jika sampel sudah mencukupi. Tutup rapat wadah yang berisi sampel urine agar tidak tumpah atau terkontaminasi. Bersihkan bagian luar wadah penampung urine menggunakan tisu steril dan cuci tangan setelah melakukan pengambilan sampel. Berikan sampel urine ke dokter untuk dianalisis di laboratorium. Bagi pasien pria, area kemaluan yang harus dibersihkan sebelum melakukan pengambilan sampel adalah ujung kemaluan. Sedangkan bagi pasien wanita, area kemaluan harus dibersihkan dari depan ke belakang. Pasien wanita juga harus membersihkan cairan vagina atau darah menstruasi jika ada. Pada pasien yang tidak dapat melakukan pengambilan sampel urine secara mandiri, dokter biasanya akan menggunakan kateter, yaitu selang karet yang dipasang melalui lubang kencing uretra. Sampel urine yang diambil pada pasien pengguna kateter harus langsung dari selang kateter, tidak boleh dari kantung penampungan. Tujuannya adalah untuk menghindari urine terkontaminasi. Analisis Sampel Urine Ada tiga jenis analisis sampel urine, yaitu analisis visual, analisis kimiawi, dan analisis mikroskopik. Berikut ini adalah penjelasannya Analisis visual Analisis visual adalah jenis analisis sampel urine yang menguji penampakan urine berdasarkan warna dan kejernihannya. Analisis visual biasanya dilakukan pertama kali untuk memperkirakan kondisi urine serta zat apa saja yang terkandung di dalamnya. Warna urine bervariasi, mulai dari bening hingga kuning gelap. Urine yang sehat biasanya berwarna jernih atau sedikit keruh akibat mukus, sperma, cairan prostat, atau sel kulit. Jika warna urine terlihat tidak normal atau tidak seperti biasanya, bisa jadi itu karena pengaruh makanan atau minuman yang dikonsumsi, bisa juga merupakan tanda adanya suatu penyakit. Analisis kimiawi Analisis kimiawi adalah jenis analisis pada tes urine yang bertujuan untuk mendeteksi zat-zat kimia apa saja yang ada di dalam urine beserta kadarnya. Salah satu cara yang paling cepat dan mudah untuk mengetahui zat kimia yang terdapat di dalam urine adalah melalui tes strip. Pada tes ini, petugas laboratorium akan mencelupkan strip khusus ke dalam urine untuk mengecek kandungan zat kimia yang ingin diketahui. Berikut ini adalah beberapa zat yang dapat diperiksa dalam tes strip PH urine Kandungan protein Kandungan gula Konsentrasi urine Kandungan keton Kandungan bilirubin Adanya darah dalam urine Kelebihan dari tes strip ini adalah mudah dilakukan, cepat, dan terjangkau. Akan tetapi, tes strip ini juga memiliki kekurangan, yaitu tidak terlalu akurat, informasi yang diberikan terbatas, dan hasilnya sangat dipengaruhi oleh waktu pencelupan strip ke dalam urine. Analisis kimiawi menggunakan tes strip ini hanya memberikan informasi mengenai ada tidaknya kandungan zat kimia tertentu di dalam urine dan apakah kadarnya sudah tidak normal. Untuk mengetahui kadar zat kimia tersebut secara akurat, perlu dilakukan analisis tambahan. Analisis mikroskopik Analisis mikroskopik bertujuan untuk mendeteksi keberadaan sel, kristal, bakteri, atau jamur yang terkandung di dalam urine. Analisis miskroskopik biasanya dilakukan hanya jika diperlukan, terutama ketika analisis visual dan kimiawi menunjukkan adanya ketidaknormalan dalam urine. Analisis mikroskopik dilakukan dengan mengendapkan urine agar sel-sel dan benda organik lainnya dapat terkumpul, sehingga lebih mudah diamati. Setelah diendapkan, bagian atas endapan urine yang terdiri dari cairan akan dibuang, sedangkan bagian bawahnya yang berbentuk padat akan diamati menggunakan mikroskop. Beberapa jenis sel yang dapat diamati melalui analisis mikroskopik adalah Sel darah merah eritrosit Adanya sel darah merah pada urine merupakan kondisi yang tidak normal dan perlu diketahui pasti penyebabnya. Hal ini dapat menjadi pertanda suatu penyakit, seperti penyakit batu ginjal, infeksi ginjal, atau kanker kandung kemih. Sel darah putih leukosit Sel darah putih umumnya terkandung di dalam urine dalam jumlah yang sangat sedikit. Jika terjadi peningkatan jumlah sel darah putih dalam urine, hal tersebut dapat menjadi pertanda adanya infeksi atau peradangan di saluran kemih. Sel epitel Sel epitel pada kondisi normal juga dapat ditemukan dalam urine dengan kadar yang rendah. Jika terjadi infeksi atau peradangan pada saluran kemih, maka akan terjadi peningkatan jumlah sel epitel dalam urine. Mikroba Urine yang sehat akan selalu berada dalam kondisi steril dan tidak mengandung mikroba di dalamnya. Ditemukannya mikroba dalam urine menunjukkan adanya infeksi. Mikroba yang dapat menyebabkan infeksi adalah bakteri, jamur, dan parasit. Perlu diingat, jika area kemaluan tidak bersih saat pengambilan sampel urine, mikroba dapat mengontaminasi sampel urine sehingga memengaruhi hasil analisis. Oleh karena itu, kemaluan harus dibersihkan dengan benar agar hasil tes urine akurat. Setelah Tes urine Setelah pengambilan sampel urine, pasien dapat melakukan aktivitas seperti biasa. Dokter akan memberitahukan hasil analisis sampel urine dalam beberapa jam atau keesokan harinya. Hasil tes urine yang tidak normal dapat menunjukkan adanya kondisi atau gangguan tertentu. Dokter akan membandingkan hasil tes urine dengan gejala yang dialami pasien untuk menentukan diagnosa penyakit yang sedang diderita pasien. Hasil tes urine yang normal belum tentu menunjukkan bahwa pasien sehat-sehat saja. Jika pasien mengeluhkan gejala penyakit tertentu tapi hasil tes urine tidak menunjukkan kelainan, maka diperlukan pemeriksaan lanjutan lainnya. Beberapa pemeriksaan lain yang dapat mendukung hasil tes urine adalah Kultur urine Analisis kreatinin urine Analisis total protein dan albumin urine Analisis kalsium urine Efek Samping Tes Urine Pengambilan sampel urine merupakan tindakan yang aman dan tidak menyakitkan. Namun, beberapa efek samping atau keluhan di bawah ini dapat dialami oleh pasien yang menjalani pengambilan sampel urine dengan bantuan kateter Nyeri Perdarahan Infeksi Kerusakan kandung kemih
Hasilpemeriksaan laboratorium, menunjukkan bahwa urine mengandung terjadi sebagai akibat gangguan fungsi . A. nefron. B. glomerulus. C. kapsul bowman. D. tubulus kontortus. Pembahasan. Proteinuria adalah kondisi yang disebabkan adanya kelebihan protein dalam urin. Kelebihan protein dalam urin ditandai dengan urin menjadi
Gejala albuminuria ini juga merupakan tanda dari penyakit ginjal kronis. Selain itu, tingginya jumlah protein dalam urine juga akan menimbulkan kondisi bernama sindrom nefrotik. Sindrom nefrotik menyebabkan penimbunan air di dalam tubuh. Kelebihan air inilah yang akan membuat tubuh Anda membengkak di beberapa bagian. Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah dengan dokter Anda. Kapan harus periksa ke dokter? Anda harus periksa ke dokter ketika telah merasakan satu atau lebih dari berbagai gejala. Terutama jika Anda mulai mengalami pembengkakan dan urine berbusa, segera kunjungi dokter agar mendapatkan penanganan secepatnya. Penyebab dan faktor risiko Apa penyebab albuminuria ginjal bocor? Protein bisa masuk ke dalam urine bila ginjal tidak bekerja dengan baik. Pembuluh darah dalam ginjal yang bernama glomerulus bekerja dengan menyaring produk sisa dari darah dan menjaga komponen yang diperlukan tubuh, termasuk protein. Glomerulus akan memastikan protein dan sel darah yang lebih besar tidak masuk ke dalam urine. Jika ada yang masuk pun bagian tubulus ginjal akan menangkap kembali protein tersebut dan menyimpannya di dalam tubuh. Namun ketika keduanya mengalami gangguan atau jika ada beban protein berlebihan, protein ini akan ikut mengalir dalam urine sehingga timbul kondisi albuminuria. Selain itu, adanya batu saluran kemih juga bisa menyebabkan proteinuria. Tak hanya penyakit yang berhubungan dengan ginjal, penyakit ini bisa disebabkan oleh kondisi kesehatan yang berlangsung sementara seperti dehidrasi, peradangan, dan tekanan darah rendah. Olahraga yang terlalu intens, stres, pemakaian obat aspirin, dan paparan terhadap dingin adalah penyebab lain yang mungkin bisa menimbulkan terjadinya albuminuria. Apa yang meningkatkan risiko terkena kondisi ini? Ada beberapa faktor yang bisa membuat Anda lebih berisiko terkena ginjal bocor. Dua kondisi yang paling sering menjadi pemicunya yaitu penyakit diabetes dan tekanan darah tinggi hipertensi. Jenis lain dari penyakit ginjal yang tidak terkait dengan diabetes atau tekanan darah tinggi juga dapat menyebabkan protein bocor ke urine. Faktor risiko lainnya meliputi obesitas, usia di atas 65, dan riwayat keluarga terhadap penyakit ginjal. Beberapa orang memiliki lebih banyak protein dalam urine saat berdiri daripada saat berbaring. Kondisi ini disebut orthostatic proteinuria. Ada juga berbagai kondisi yang turut memicu peningkatan kadar protein dalam urine, meliputi penyakit autoimun, kanker sel plasma multiple myeloma, penyakit jantung, peradangan ginjal akut, preeklampsia, komplikasi berupa tekanan darah tinggi pada ibu hamil, hemolisis intravaskular atau penghancuran sel darah merah dan pelepasan hemoglobin dalam aliran darah, serta kanker ginjal. Diagnosis Albuminuria dapat dideteksi dengan tes urine. Anda tak memerlukan persiapan khusus untuk melakukannya. Bahkan tes ini juga bisa dilakukan di rumah, mengikuti instruksi yang diberikan oleh dokter. Tes dipstick Tes sederhana yaitu tes urine dengan menggunakan dipstick strip plastik kecil dengan kertas indikator yang dapat mendeteksi jumlah protein yang sangat kecil. Nantinya jika ada terlalu banyak zat yang terkandung pada urine, bagian ujungnya akan berubah warna. Karena protein dalam urine hanya bisa bertahan sementara, tes ini harus dilakukan secara rutin untuk menentukan apakah Anda benar-benar mengalami masalah pada ginjal. Tes dipstick sangat sensitif, tapi belum bisa benar-benar memastikan adanya kondisi albuminuria. Sebab, tes ini belum dapat mengukur dengan persis seberapa banyak protein albumin dalam urine. Untuk mendapatkan pengukuran yang tepat, urine harus diperiksa di laboratorium. Ketika hasilnya belum meyakinkan, sisa urine diperiksa di bawah mikroskop. Dari pengamatan tersebut, dokter akan mengetahui zat-zat yang seharusnya tak ada pada urine, seperti sel darah merah dan putih, bakteri, atau kristal yang bisa tumbuh menjadi batu ginjal. Satu kali hasil tes urine yang positif mengandung protein belum bisa menentukan apakah Anda benar-benar mengalami penyakit ginjal. Namun jika hasil tetap positif setiap Anda melakukan tesnya, maka besar kemungkinan ginjal mengalami masalah. Tes kadar albumin dan kreatinin Tes ini dilakukan untuk menunjukkan seberapa banyak kadar protein albumin dan kreatinin yang telah dikeluarkan dalam 24 jam pada urine. Kreatinin adalah produk limbah yang telah disaring di ginjal lalu dikeluarkan dengan mengalirnya urine. Albumin-to-creatinine ratio ACR dikatakan tinggi bila hasilnya di atas 30, hal ini menunjukkan adanya kemungkinan proteinuria. Semakin tinggi levelnya, akan semakin berbahaya pula dampaknya. ACR yang berkisar antara 3 – 30 biasanya tidak memerlukan tindakan, tetapi pasien perlu melakukan pemeriksaan setiap tahun. Sementara ACR yang kurang dari 3 mg/mmol tidak memerlukan tindakan lebih lanjut. Pemeriksaan lebih lanjut Apabila ACR tinggi, dokter akan melihat riwayat kesehatan pasien dan keluarganya, lalu melakukan pemeriksaan ginjal lebih lanjut. Pemeriksaan tersebut bisa meliputi Tes darah. Tes darah dilakukan untuk mengukur kadar kreatinin, protein, dan memperkirakan laju filtrasi glomerulus. Tes ini juga bisa menjadi gambaran atas seberapa baik ginjal Anda bekerja. Tes pemindaian. Tes seperti CT scan atau ultrasounds dapat menunjukkan gambar ginjal yang akan membantu dokter menemukan masalah di dalamnya. Elektroforesis protein urine. Dokter akan melihat jenis protein tertentu dalam sampel urine yang bisa mengindikasikan suatu penyakit. Tes darah imunoterapi. Tes bertujuan untuk menemukan protein bernama imunoglobulin yang merupakan antibodi pelawan infeksi dalam darah. Biopsi ginjal. Prosedur ini melibatkan pengangkatan sebagian kecil organ ginjal. Nantinya sampel ini akan diperiksa di bawah mikroskop. Pengobatan ginjal bocor Albuminuria bukanlah penyakit yang spesifik, sehingga perawatan tergantung pada identifikasi dan penanganan penyebab. Umumnya, jika proteinuria yang diderita cenderung normal, Anda tidak memerlukan perawatan. Lain lagi apabila kondisi disebabkan oleh penyakit ginjal, perawatan medis yang tepat sangat penting dilakukan. Penyakit ginjal kronis yang tidak diatasi dapat menyebabkan gagal ginjal. Obat-obatan kadang diberikan, terutama pada orang dengan diabetes dan/atau tekanan darah tinggi. Obat dapat berasal dari dua kelas obat, yaitu ACE angiotensin-converting enzyme inhibitors dan ARB angiotensin receptor blockers. Dua jenis obat tersebut sebenarnya lebih banyak digunakan untuk membantu menurunkan tekanan darah. Namun pada pasien yang mengalami albuminuria, obat ini bisa membantu melindungi ginjal dari kerusakan. Perawatan yang tepat–terutama pada pasien dengan penyakit kronis seperti diabetes dan tekanan darah tinggi–penting dilakukan untuk mencegah kerusakan ginjal progresif yang menyebabkan timbulnya kondisi albuminuria. Pada pasien dengan diabetes dan tekanan darah tinggi, pasien yang mengalami albuminuria juga harus mengontrol kadar gula darah. Selain itu, pasien diabetes harus melakukan tes laju filtrasi glomerulus GFR setiap tahunnya. Jika ada masalah pada ginjal, pasien akan dirujuk ke nephrologist, dokter yang berspesialisasi dalam bidang penyakit ginjal. Sedangkan jika albuminuria terjadi pada ibu hamil yang memiliki preeklamsia, kondisinya harus lebih diawasi. Untungnya, kebanyakan albuminuria akan sembuh sendiri setelah bayinya lahir. Walau jika pasien tidak memiliki penyakit lain seperti diabetes, masalah tekanan darah, atau kondisi lain, obat tekanan darah mungkin masih akan diresepkan untuk mencegah kerusakan ginjal. Pengobatan albuminuria di rumah Karena kondisi ini bisa disebabkan oleh penyakit yang Anda derita, maka Anda harus melakukan perawatan yang bertujuan untuk menjauhi hal-hal yang menjadi pemicu gejalanya. Namun, umumnya Anda harus melakukan berbagai perubahan, terutama pada pola makan Anda. Di bawah ini cara yang dapat membantu Anda mengatasi albuminuria. Jika Anda memiliki kondisi retensi air yang menyebabkan albuminuria, batasi jumlah asupan garam beserta air pada pola makan harian. Natrium dalam garam juga meningkatkan tekanan kapiler glomerulus yang membuat kerjanya jadi terganggu. Jika Anda memiliki tekanan darah tinggi, juga kurangi garam dalam makanan, dan atur pola makan dengan baik. Jagalah berat tubuh Anda tetap pada angka yang sehat. Obesitas kegemukan sudah sering menjadi pemicu akan timbulnya berbagai masalah kesehatan, tak terkecuali untuk kesehatan ginjal dan sistem urinasi Anda. Selain makan makanan sehat, buat juga tubuh Anda menjadi lebih aktif dengan berolahraga atau aktivitas fisik lainnya. Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah dengan dokter untuk solusi terbaik masalah Anda.
Berdasarkanhasil pemeriksaan, pada laki-laki dan perempuan keduanya positif mengandung nitrogen, yang berarti terdapat kandungan nitrit dalam urine. Hasil ini mengindikasi terdapat bakteri yang dapat mereduksi nitrat menjadi nitrit, atau sampel urine yang diambil telah berada di kandung kemih selama 4 jam atau lebih. .
  • outme1904z.pages.dev/195
  • outme1904z.pages.dev/25
  • outme1904z.pages.dev/320
  • outme1904z.pages.dev/360
  • outme1904z.pages.dev/226
  • outme1904z.pages.dev/272
  • outme1904z.pages.dev/23
  • outme1904z.pages.dev/94
  • outme1904z.pages.dev/353
  • hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa urine mengandung protein